Sampurasun.... Rampess... Sebagai orang desa mamang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak disamping memakai kompor gas juga untuk cadangan bila kayu bakar habus atau sebaliknya bila gas susah dipasaran, tetapi memasak menggunakan bahan bakar non bbm ini selalu kotor karena terdapat abu hasil pembakaran kayu atau arang.
Abu sisa pembakaran ini umumnya berterbangan dan susah dikendalikan apalagi seringkali juga dilakukan pengipasan untuk meniup udara pada tungku yang digunakan. Kalau menggunakan
minyak tanah, permasalahan lain yang muncul adalah bau minyak yang seringkali timbul dan dapat mempengaruhi perasaan orang yang makan dan harga minyak tanahnya melambung naik – naik ke puncak gunung hehehe.
Namun ternyata tetap banyak warung warga kampung yang selalu mempertahankan untuk menggunakan kayu bakar atau arang untuk memasak.
Untuk masakan dengan arang kayu, memang hampir selalu dijumpai untuk masakan sate, karena memang mereka perlu untuk membakar dalam panas arang tersebut.
Kayu bakar ini dapat diperoleh dari jenis kayu limbah atau sisa kayu bangunan, atau kayu jenis pohon tertentu yang tidak memenuhi kriteria kayu bangunan , ranting-ranting pohon atau pun pagar tetangga hahahah. Memang sampai sekarang kebutuhan kayu bakar ini masih dapat dipenuhi oleh para pemasok, tetapi lama kelamaan akan menjadi kendala. Terutama mengenai harganya yang mungkin akan semakin meningkat, dan di sisi lain pasokannya akan semakin sulit.
Memasak dengan kayu bakar dapat terjadi karena ada mitos soal rasa. untuk memasak di dapur. Sesekali tidak masalah, asal jangan menjadi fanatik harus pergi ke warung makan yang hanya menggunakan kayu bakar.
minyak tanah, permasalahan lain yang muncul adalah bau minyak yang seringkali timbul dan dapat mempengaruhi perasaan orang yang makan dan harga minyak tanahnya melambung naik – naik ke puncak gunung hehehe.
cantik cantik ya
Dari sisi rasa, bagi kebanyakan orang maka rasa masakan lebih banyak ditentukan karena pemilihan komposisi bumbu dan bahan yang digunakan, teknik memasak, dan keterampilah orang yang memasaknya. Tetapi bagi sebagian orang di kampung, rasa masakan ternyata juga dapat diakibatkan karena pemilihan jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak. Hal ini bagi kebanyakan orang mungkin akan jadi mengherankan, karena penggunaan kayu akan sedikit merepotkan. Untuk memulai pembakaran diperlukan pemanasan dengan bahan yang mudah terbakar seperti kertas atau mungkin disiram sedikit minyak tanah. Untuk memelihara agar nyala api konstan, juga harus selalu diatur secara manual karena belum ada alat remot untuk pengaturan kayu bakar pada tungku. Selain itu tentu saja diperlukan jumlah kayu dalam volume cukup besar mengingat kalor panas yang dihasilkan untuk berat tertentu dari kayu relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak atau gas.Namun ternyata tetap banyak warung warga kampung yang selalu mempertahankan untuk menggunakan kayu bakar atau arang untuk memasak.
Untuk masakan dengan arang kayu, memang hampir selalu dijumpai untuk masakan sate, karena memang mereka perlu untuk membakar dalam panas arang tersebut.
Kayu bakar ini dapat diperoleh dari jenis kayu limbah atau sisa kayu bangunan, atau kayu jenis pohon tertentu yang tidak memenuhi kriteria kayu bangunan , ranting-ranting pohon atau pun pagar tetangga hahahah. Memang sampai sekarang kebutuhan kayu bakar ini masih dapat dipenuhi oleh para pemasok, tetapi lama kelamaan akan menjadi kendala. Terutama mengenai harganya yang mungkin akan semakin meningkat, dan di sisi lain pasokannya akan semakin sulit.
Memasak dengan kayu bakar dapat terjadi karena ada mitos soal rasa. untuk memasak di dapur. Sesekali tidak masalah, asal jangan menjadi fanatik harus pergi ke warung makan yang hanya menggunakan kayu bakar.
No comments:
Post a Comment